1.2.a.3 Tugas Modul Nilai dan Guru Penggerak


 1.      a.   Peristiwa Positif (Usia 18 tahun)

Memasuki masa kuliah, merupakan waktu dimana saya membuka episode yang benar-benar baru. Dengan segenap pengetahuan dan niat yang lurus berupa ingin menjadi pribadi yang lebih baik, menjadi modal awal yang menuntun saya berkecimpung dalam organisasi kemahasiswaan. Di sana emosi, inovasi, kemandirian dan kedewasaan diri benar-benar diuji dan ditempa. Lingkar pertemanan yang positif, melesatkan kemampuan diri baik secara akademis maupun spiritual.

         b.   Peristiwa negative (Usia 13 tahun)

Diterima di sekolah favorit, dan kemudian masuk ke kelas unggulan, nyatanya justru menjadi titik terendah saya. Tak banyak teman dekat dan tulus yang bisa saya dapatkan di sana. Bisa jadi memang pada usia tersebut (remaja awal) proses adaptasi sedang saya pelajari. Mendapat rangkin rendah hanya satu dari berbagai hal yang kurang menyenangkan, sulit mendapat kelompok karena tidak suka nge-gang, merupakan hal lain yang menyesakkan juga. Sangat bersyukur bisa melalui masa-masa tersebut tanpa terjerumus pada pergaulan yang salah.

 

2.      Yang terlibat di masing-masing peristiwa tersebut :

Berbagai pihak terlibat penuh pada masa perubahan diri menjadi pribadi lebih baik. Ada orang tua yang selalu mendukung penuh dari sisi emosional, finansial (meskipun dalam kondisi terbatas), dan spiritual (melalui doa-doa terbaik mereka). Lingkar pertemanan, menjadi pengaruh terkuat atas perubahan diri menjadi lebih baik.

Jauhnya diri dengan orang tua secara emosional menjadi salah satu sebab peristiwa pada usia 13 tahun tersebut menjadi semakin terasa tidak menyenangkan. Tidak ada tempat ngobrol dan saling emberi motivasi. Kebijakan mengelompokkan siswa mengenai kelas unggul dan tidak unggul oleh sekolah, bisa jadi berdampak baik bagi sekolah. Namun ternyata justru mennggalkan jejak suram bagi saya. Di kelas terbaik, harapan guru menjadi tinggi dan selalu dituntut mandiri sehingga justru saya mendapati titik terendah saya di sana.

3.      Dampak emosi yang dirasakan hingga sekarang

Perasaan khawatir tidak bisa diterima oleh lingkungan, dan tidak bisa menyamakan langkah dengan rekan sesekali mengemuka dalam alam bawah sadar. Namun pada saat yang sama, hal ini menjadi motivasi untuk terus mengembangkan diri menjadi pribadi yang lebih baik.

 

4.      Momen yang terjadi di masa sekolah masih dapat dirasakan dan masih dampat mempengaruhi diri di masa sekarang

 Menurut saya, peristiwa yang terjadi pada masa remaja hingga awal dewasa mempengaruhi pribadi seseorang, termasuk saya pribadi. Hal ini dikarenakan masa tersebut merupakan waktu dimana proses pembentukan kepribadian seseorang dimulai. Kecerdasa emosional mulai terbangun, sehingga apapun peristiwa, baik negative maupun positif akan sangat membekas di benak kita yang pada akhirnya akan mempengaruhi kepribadian kita saat ini. Peristiwa negative bisa saja mengantarkan seseorang larut, melebur menjadi pribadi yang kurang baik tetapi bisa pula membawa seseorang enutu titik baiknya, pribadi yang positif penuh motivasi dan siap berkolaborasi dengan semua pihak.

 

5.      Pelajaran hidup yang diperoleh dari kegiatan trapesium usia dan roda emosi, terkait peran sebagai guru terhadap peserta didik

Keluarga menjadi pusat pendidikan yang pertama dan utama bagi anak. Keluarga yang lekat satu sama lain, saling memberi motivasi dan menumbuhkembangkan kolaborasi akan memunculkan anak-anak yang utuh secara emosi, dan kuat menahan bullying serta ketidaksempurnaan pergaulan.

Teman merupakan lingkaran kedua setelah eluarga yang akan membentuk kepribadian seseorang, maka kemampuan untuk memilih lingkungan yang positif menjadi penting bagi remaja yang masih dalam tahap belajar menyesuaikan diri.

Guru, sekolah ataupun kampus menjadi lingkungan yang turut ambil peran dalam membentuk karakter seseorang. Guru yang memahami psikologi remaja dan pandai mengambil peran akan mengantarkan siswanya menjadi siswa yang matang. Sekolah/ kampus yang baik akan membuat kebijakan maupun program yang berpihak pada murid/ mahasiswanya, serta memberi ruang seluas-luasnya kepada murid/mahasiswanya untuk tumbuh dan berkembang sesuai kodratnya, dengan bahagia tanpa meninggalkan batasan norma.

 

6.      Nilai-nilai yang diyakini sebagai seorang guru, dengan menggunakan kata-kata:”guru”, “murid”, “belajar”,”makna”,”peran”.

 Nilai-nilai sebagai seorang guru (mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid)  akan mengantarkan murid agar dapat belajar dan memperoleh pengetahuan yang bermakna sehingga kelak dapat mengambil peran dalam pembangunan bangsa.

Post a Comment

0 Comments